Oleh: Abdullah Hehamahua
TransSulteng-Depok - Alhamdulillah, tiada hentinya lidah kita memuji dan memuja Allah SWT atas segala nikmat, baik berupa iman, Islam, kesehatan, maupun keluangan waktu. Itulah sebabnya, kita bisa berjumpa lagi dalam rubrik ini: Shaum dan Ibadah Ramadhan Rasulullah, seri ke-10.
Harapanku, kemarin malam ada di antara kita yang sudah mulai tadarus Al-Qur’an, setidaknya sebanyak satu ‘ain, atau satu surah. Syukur-syukur ada yang bisa menamatkan satu juz. Lalu, sehabis sahur, sambil menunggu waktu subuh, ada yang membaca terjemahan ayat-ayat yang dibaca sebelum tidur sehingga secara bertahap menerapkan pola hidup ala snowball. Dampak positifnya, pemahaman kita terhadap peranan Al-Qur’an semakin meningkat.
Dengan pemikiran, pemahaman, penghayatan, dan perilaku seperti itulah, malam ini saya ingin mengkomunikasikan subtema: Al-Qur’an sebagai Penyejuk, Hakim, dan Pelipur Hati.
Kita sering menyaksikan dalam konferensi, kongres, atau muktamar ormas dan orpol Islam, terjadi perdebatan sengit antarutusan. Suasana menjadi panas, bahkan nyaris berujung petaka ketika memasuki pembahasan masalah ideologis atau pemilihan pimpinan baru,Terkadang, pertengkaran tidak hanya dalam bentuk adu mulut, tetapi juga aksi lempar kursi,Dalam suasana genting seperti ini, Al-Qur’an hadir sebagai juru selamat.
Pimpinan sidang biasanya akan mengundang seorang peserta untuk membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Seketika suasana menjadi hening. Semua peserta tertegun, diam di tempat masing-masing. Semua mata tertuju pada qari’ yang melantunkan ayat-ayat Allah SWT. Hadirin khusyuk mendengarkan.
Ada di antara mereka yang meneteskan air mata. Mayoritas peserta membisu seribu bahasa. Masya Allah! Itulah kedahsyatan ayat-ayat Al-Qur’an. Wajar jika Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal.”
(QS Al-Anfaal: 2)
Dalam konteks ini, Al-Qur’an berperan sebagai Penyejuk Hati bagi orang yang sedang marah atau emosional.
Setelah pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, pimpinan sidang membuka kembali rapat. Ia menawarkan penyelesaian masalah yang diperdebatkan dengan merujuk pada ayat-ayat yang telah dibacakan oleh qari’. Biasanya, ayat yang dipilih berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS An-Nisaa: 59)
Peserta kongres atau muktamar yang beriman, lazimnya akan mencapai solusi setelah mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an dalam konteks ini berperan sebagai Hakim.
Banyak orang yang mengalami tekanan hidup memilih jalan yang salah, seperti bunuh diri, pergi ke klub malam, mabuk-mabukan, atau menggunakan narkoba. Namun, bagi orang beriman, hati yang gelisah dan pikiran yang galau dapat diselesaikan dengan pendekatan Qur’ani.
Mereka akan mengambil wudhu, membuka Al-Qur’an, lalu membaca beberapa ayat. Jika tidak mahir membaca Al-Qur’an, mereka langsung membaca terjemahannya.
Ada pula yang memutar rekaman lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Hati mereka menjadi tenang, jantung kembali berdetak normal, paru-paru pun bekerja stabil. Lalu, mereka tertidur. Saat bangun, ketenangan telah kembali, dan semangat baru pun muncul.
Beberapa orang bahkan merasakan perubahan besar setelah mendengarkan Al-Qur’an. Estrogen mengalir deras ke otak mereka, adrenalin memompa ke seluruh tubuh. Mereka menjadi pribadi yang lebih kuat, penuh vitalitas, dan percaya diri.
Itulah kehebatan Al-Qur’an sebagai asy-syifa’penawar bagi semua jenis penyakit hati manusia.
Simpulan
1. Mengimani Al-Qur’an sebagai Penyejuk Hati
Kita yakin Al-Qur’an berperan dalam mengatasi berbagai kegalauan dan kekusutan pikiran.
Seperti seorang anak yang sembuh sebelum meminum obat karena percaya pada dokter, kita pun harus yakin bahwa Al-Qur’an bisa menyembuhkan hati kita.
2. Mengimani Al-Qur’an sebagai Hakim
Perselisihan apa pun, baik dalam rumah tangga, organisasi, maupun politik, dapat diselesaikan dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pemutus perkara.
Dengan begitu, perebutan kekuasaan tidak perlu sampai ke meja hijau.
3. Mengimani Al-Qur’an sebagai Penawar
Jika mengalami PHK, kebangkrutan, putus cinta, atau masalah lain, kembalikanlah kepada Allah SWT.
Al-Qur’an adalah penawar bagi segala kegundahan hati dan kebuntuan pikiran.
Marilah, mulai malam ini, kita semua lebih akrab dengan Al-Qur’an. Dampak positifnya, apa pun masalah dalam hidup baik pribadi, keluarga, organisasi, maupun negara dapat diselesaikan dengan pendekatan Qur’ani.
Dampak lanjutannya, medali taqwa sebagai tujuan shaum Ramadhan bisa kita raih pada 1 Syawal nanti, insya Allah!(Red)
Depok, 9 Maret 2025