TransSulteng - Palu – Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Sulawesi Tengah gelar pertemuan bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sulawesi Tengah dalam rangka meninjau progres hasil Riset Islam Kosmopolitan Imam Syaban di Lolantang, Kabupaten Banggai Kepulauan. Bertempat di Ruang Kerja Kepala Brida Provinsi Sulawesi Tengah. Rabu (17/07/2024).
Seminar tersebut diisi oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sulawesi Tengah, Zubair Butudako, yang merupakan ketua dari riset, dan dihadiri oleh Kepala Brida Sulteng, Faridah Lamarauna, Sekretaris Brida, Agustin Tobondo, pejabat administrator, pejabat fungsional analis dan pejabat fungsional peneliti lingkup Brida Provinsi Sulawesi Tengah.
Dalam pemaparannya, Zubair Butudako, menjelaskan bahwa terdapat beberapa fakta kuburan Imam Syaban yang ada di Lolantang Kab. Banggai Kepulauan seperti, adanya peradaban islam (Islam kosmopolitan) tertua di Sulawesi Tengah, situs kuburan menunjukkan bahwa wilayah Sulawesi Tengah adalah salah satu destinasi di jalur rempah nusantara, dan fakta yang ketiga yaitu komunitas islam tertua di Banggai adalah salah satu bukti islam tertua di Nusantara.
Zubair juga menjelaskan, terdapat tiga fokus dalam riset ini yaitu yang pertama bagaimana posisi strategis Kuburan Imam Syaban dalam jalur pelayaran dan perdagangan di Nusantara, fokus yang kedua bagaimana riwayat Imam Syaban dalam literature maupun oral history masyarakat setempat, dan fokus yang ketiga mengapa Imam Syaban membangun Islam Kosmopolitan di Banggai Kepulauan di abad ke-8 hingga Agama Islam mengalami perkembangan di wilayah tersebut.
Adapun tujuan dari riset itu sendiri yaitu menjelaskan posisi strategis Kuburan Imam Syaban dalam jalur pelayaran dan perdagangan di Nusantara, menguraikan riwayat Imam Syaban dalam literature maupun oral history masyarakat setempat, serta menganalisis keberadaan Imam Syaban sebagai tokoh Ulama yang membangun Islam kosmopolitan di Banggai Kepulauan di abad ke-8 hingga Agama Islam mengalami perkembangan di wilayah Banggai Kepulauan.
Untuk memahami perjalanan agama disepanjang jalur rempah-rempah, perlunya mempertimbangkan wilayah dan ruang lingkup jalur rempah itu sendiri. Rute rempah-rempah adalah jaringan perdagangan laut dan darat antara zaman kuno dan abad pertengahan. Rute tersebut membentang dari Timur Tengah ke India, Asia Tenggara, dan Cina yang dikendalikan oleh berbagai kerajaan.
Perdagangan rempah-rempah juga secara signifikan membentuk agama, ekonomi, dan budaya pada kawasan tersebut, serta meninggalkan dampak abadi pada sejarah dunia. Menurut Teori Mekkah yang digagas oleh Hamka (1958) bahwa masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Arab atau Mekah yang berlangsung pada abad pertama tahun hijriyah atau ke 7 M.
Terdapat dua jalur rempah yang melintasi Wilayah Sulawesi Tengah, yaitu jalur Selat Makassar dan jalut Selat Maluku. Dua jalur ini yang melibatkan wilayah Sulawesi Tengah masuk dalam jalur perdagangan rempah di Nusantara. Salah satu bukti arkeologis adalah kuburan Imam Syaban di Lolantang Banggai Kepulauan.
Bentuk peninggalan dari Imam Sya'ban ini yaitu situs berupa kuburan, yang mana terdapat dua kuburan disitus tersebut yaitu kuburan Kuno yang dianggap sebagai Raja Banggai di abad ke-8 dan Imam Sya'ban yang mana pada masa itu masuk Imam Sya'ban untuk memperkenalkan agama islam di wilayah tersebut.
Zubair Butudako juga menjelaskan bahwa terdapat tiga fakta dari situs kuburan tersebut yakni adanya peradaban islam (islam kosmopolitan) tertua di Sulawesi Tengah, situs kuburan menunjukkan bahwa wilayah Sulawesi Tengah adalah salah satu destinasi di Jalur rempah nusantara dan komunitas islam tertua di Banggai adalah salah satu bukti islam tertua di Nusantara.
Diakhir pemaparannya, Zubair Butudako menyarankan untuk penelusuran lanjutan yang lebih komprehensif dan detail untuk mendukung temuan awal keberadaan Imam Syaban, dan situs yang memilki signifikansi kultural yang perlu dirawat, dimanfaatkan dan dikembangkan, serta dapat berkontribusi secara global khususnya dalam melengkapi historiografi islam di nusantrara.
Sumber: PPID Brida Prov. Sulteng.