Notification

×
Gubernur Sulteng
SELAMAT-HARI-RAYA-3 Whats-App-Image-2023-04-03-at-18-46-33-1

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sepucuk Harapan Masyarakat Pulau Pandan Tolitoli.

Selasa, 25 Juni 2024 | Juni 25, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-26T01:38:44Z


TransSulteng
- Toli Toli - Bangsa Indonesia adalah negara maritim dengan 17.001 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari puncak timur papua sampai dengan samudera hindia sumatera. Memiliki cerita Panjang tentang masa depan anak-anak disetiap wilayah pesisir dan kepulauan Indonesia. Seperti halnya, masyarakat pulau Pandan Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah yang mengharap sentuhan lebih oleh pemerintah daerah.


Ketua komunitas Literasi Perahu Pustaka Tolitoli Andy menceritakan kisah seputar Pulau Padan Desa Sambujan Kecamatan Ogodeide Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah, merupakan pulau yang indah terletak diteluk Ogodeide Indonesia, terdapat kurang lebih 110 kepala keluarga yang bermukim di dalam pulau ini dengan luas pemukiman berkisar 500 meter, terdapat pula satu Taman Kanak kanak dan satu bagunan sekolah dasar, serta satu generator listrik yang menerangi pulau ini selama 5 jam mulai jam 6 sore hingga jam 10 malam, hal ini di karenakan bahan bakar generator tersebut hanya berdasarkan kemampuan swadaya masyarakat Pulau Pandan yang bisa menyiapkan 30 sampai 35 liter solar dalam semalam yang di beli dari wilayah perkotaan dengan sistem berdasarkan surat keterangan dari dinas sosial yang berlaku selama satu bulan. Setelah itu, dilakukan lagi pembaruan, ditambah dengan antrian yang begitu panjang terkadang warga tidak kebagian dan terpaksa membeli solar diluar pertamina, tentunya harga lebih mahal dari harga yang di tetapkan pemerintah. Terang Andy pada media ini, Minggu (23/6/24).


Keseharian aktifitas anak-anak pulau ini, sejak jam 7 sampai jam 2 siang yakni sekolah dan mengaji, setelah itu mereka menghabiskan waktu di sekitaran pesisir atau bermain didermaga pulau pandan, “Saya mencoba tinggal di pulau Pandan selama sahari sembari melihat aktiftas anak-anak pulau ini, bertutur sapah dengan masyarakat setempat, salah satunya adalah seorang guru mengaji yang memulai profesinya sejak 1998, sebut saja ibu Masra Mustafa, beliau bercerita bahwa anak-anak pulau ini yang tadinya berjumlah ratusan anak kini hanya tersisah puluhan sampai belasan saja, hal ini dikarenakan orang tua mereka banyak yang keluar dan meninggalkan pulau tersebut untuk mengaduh nasib di negeri orang, seperti Palu, bahkan ke daerah Tarakan Kalimantan Utara, lagi-lagi hal yang sama menjadi penyebab sulitnya perkembangan ekonomi di pulau ini, ditambah lagi harga kebutuhan 9 bahan pokok makin bertambah, sehingga mereka terpaksa keluar dari pulau ini untuk mencari keberuntungan hidup di daerah lain,” ucap guru itu pada Andy dan anggota komunitas.


Tak hanya itu, Andy lanjut menceritakan profesi masyarakat pulau Pandan yang terbagi menjadi dua yakni 60% nelayan dan 40 % petani, bahkan ada juga yang berprofesi di keduanya Nelayan dan Petani agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga mereka, namun masih juga sama sebab, harga bahan pangan di pulau ini sedikit berbeda dengan di daerah perkotaan, karena akses transportasi barang yang juga begitu mahal hanya dua taxi laut yang beroprasi di pulau ini dan jika melalui akses darat harus melalui jalan yang begitu licin dan terjal sebab akses jalan darat melalui area perkebunan masyarakat di tambah lagi dengan jembatan kayu yang mulai rusak, “Saya juga berkempatan berbincang bersama bapak Sahran selaku aparat desa Sambujan yang bertempat tinggal di pulau Pandan, bapak Sahran sering kali melakukan pengusulan sarana dan prasarana transportasi laut ataupun perbaikan jalan darat menuju pulau mereka baik di tingkat kecamatan sampai dengan provinsi, namun masih saja belum ada responsi yang serius terkait akan harapan mereka dan lagi-lagi cara swadaya adalah jalan yang harus mereka ambil guna mempermudah kehidupan mereka, di tambah lagi jaringan telekomunikasi yang begitu sulit bagi masyarakat pulau Pandan, harus menuju kedermaga terlebih dahulu untuk mendapatkan jaringan komunikasi yang terkadang pula harus terputus di saat mereka berkomunikasi, bagi saya sendiri hal ini tidak searah dengan program-program pemerintah pusat yang hari ini mulai banyak mempromosikan digitalisasi baik dalam akses informasi global, media sosial, bahkan dalam sistem kurikulum pendidikan yang berbasis merdeka belajar memilih banyak menggunakan fitur digital dalam pemberian materinya. Sedangkan untuk mereka anak-anak pulau seperti pulau Pandan harus lebih mandiri untuk belajar dalam menjalani dunia pendidikan mereka atau tidak harus terutus di tengah jalan dalam ikut mencari nafkah bersama keluarga, hal ini tidak akan bisa mengeluarkan Indonesia dalam penuntasan buta aksara dan putus sekolah, jika hal tersebut tidak mendapatkan jalan keluar atau keseriusan dari berbagai pihak,” tutup Andy. (ADR)

Gubernur Sulteng Polda Sulteng Bupati Parrimo DUKCAPIL Sulteng BKAD Provinsi Nama Iklan
×
Berita Terbaru Update
close
Banner iklan disini