TransSulteng-DKI Jakarta - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Morowali, Andi Irman didampingi Kepala Bidang Perkebunan, Burhanudin, menghadiri rapat koordinasi (rakor) di Kementerian Pertanian Republik Indonesia di Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Pertemuan dimulai dengan rapat terbatas di ruangan Menteri Pertanian, dan dilanjutkan dengan rakor yang dipimpin langsung Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qalbi.
Rakor tersebut kata Andi Irman adalah untuk membahas tentang optimalisasi lahan melalui program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (KESATRIA).
Sementara, Wamentan dalam sambutannya mengungkapkan apresiasinya atas kehadiran pihak terkait, yang merupakan bukti dukungan terhadap kebijakan pemerintah saat ini khususnya di bidang pertanian dan perkebunan.
"Ini adalah perjuangan yang harus dijalankan di tengah-tengah situasi ekonomi global dan iklim tidak menentu, khususnya dari sektor pertanian pangan, sektor pertanian saat ini terus menjadi andalan perekonomian nasional di dalam kondisi ketidakpastian, Indonesia bisa menjadi salah satu titik terang di tengah kesuraman dunia, perekonomian nasional secara umum masih menunjukkan ketahanan dengan ditopang peningkatan permintaan domestik, investasi, dan inflasi yang terus terjaga serta berlanjutnya kinerja positif ekspor kita" ungkap
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, lanjut Wamentan, nilai ekspor pertanian Januari-Desember 2022 adalah sebesar Rp640,56 triliun, atau naik 3,93 % dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
"Subsektor perkebunan terus menjadi penyumbang terbesar, ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp622,37 trilyun, atau setara 97,16 persen, keunggulan tersebut saat ini terancam oleh iklim yang tidak menentu, El Nino sudah di depan mata kita, tentu harus ada upaya terobosan atau bahkan upaya luar biasa untuk tetap menyediakan pangan khususnya beras untuk 270 juta lebih rakyat Indonesia" jelas Wamentan.
Melalui kesempatan tersebut kata Harvick, secara khusus dirinya menyampaikan rasa bangga dan penghargaan kepada para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, atas prestasi sehingga Indonesia saat ini menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan areal seluas 16,83 juta hektar, dengan produksi 45,1 juta ton CPO.
"Ekspor CPO dan turunannya mencapai sekitar 27 juta ton dengan nilai sekitar 28 milyar US Dollar atau sekitar Rp456 trilyun, bahkan nilah ekspor ini ini telah melampaui nilai ekspor minyak dan gas bumi, penyerapan tenaga kerja pada perkebunan kelapa sawit mencapai sekitar 16,2 juta orang, yang terdiri dari 4,2 juta tenaga kerja langsung, dan 12 juta tenaga kerja yang tidak langsung, selain itu kelapa sawit telah menggantikan bahan bakar fosil sekitar 2,3 juta KL untuk energi berkelanjutan" urainya.
Namun, dari sejumlah kinerja industri kelapa sawit tersebut, lanjut Wamentan, masih dihadapkan dengan sejumlah pekerjaan rumah. "Tantangan pengembangan kelapa sawit nasional ke depan tidak hanya persoalan produktivitas kelapa sawit, tapi bagaimana kita tetap meningkatkan konsistensi dalam hal kuantitas, kualitas, dan kontinuitas, juga yang menjadi pekerjaan rumah kita adalah terkait pemantapan standarisasi kispo yang tentunya banyak menjadi sorotan dunia" jelasnya lagi.
Dikatakannya, luas perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara integratif, melalui optimalisasi lahan perkebunan dengan tanaman pangan seperti jagung dan tanaman musiman lainnya.
"Program integrasi tanaman perkebunan dengan tanaman pangan menjadi upaya khusus dalam kondisi global mengalami krisis pangan, program kelapa sawit tanaman pangan tumpang sari atau kesatria, harus benar-benar implementasi tentu disesuaikan dengan standar yang dimungkinkan secara teknis di lapangan, mengapa harus dengan jagung tumpang sari...??? Pertama, tingkat kebutuhan jagung 14 juta ton tahun per tahun, sedangkan pasokan dalam negeri belum dapat mencukupi sehingga selalu impor menjadi jalan keluar" ungkap Wamentan.
Yang kedua, lanjut Wamentan, jagung sangat dibutuhkan oleh Indonesia sebagai upaya pembunuhan kebutuhan pangan, tidak hanya untuk kebutuhan makanan ternak, sedangkan yang ketiga, Indonesia berpotensi menghemat devisa dan impor jagung yang dapat bisa disubstitusikan kepada insentif di sektor hulu.
"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,09 juta ton pada tahun 2022, volume tersebut naik 9,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 995.998 ton, bahkan di tahun 2023 ini pemerintah berencana mengimpor jagung sebanyak 500.000 ton, untuk mengisi cadangan pemerintah dan memenuhi kebutuhan peternak rakyat" jelasnya.
Sementara, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Morowali, Andi Irman mengatakan bahwa untuk mendukung program tersebut, dan sistem KESATRIA sudah pernah dilakukan beberapa tahu lalau, namun sempat terhenti.
Ia mengatakan, program itu akan kembali disosialisasikan kembali, sehingga pelaksanaannya nanti bisa lebih baik lagi. "Insta Allah kita akan coba sosialisasikan kembali di Morowali, dan jika petani setuju, maka akan disampaikan kembali ke Pemerintah Pusat untuk bisa dilaksanakan" tandas Andi Irman.BAMS.