TransSulteng-Gorontalo-Baru baru ini kita di hebohkan dengan aksi demonstrasi ormawa iain sultan amai gorontalo yang meminta kepada bapak rektor agar saudara GH mundur bila perlu dipecat dari jabatan sebagai Dema I dengan rentetan isu yang terindikasi :
- Kinerja ketua DEMA yang tidak mampu mengadakan sekretariat Ormawa Kepada Pengurus DEMA IAIN.
- Kinerja Ketua DEMA IAIN yang tidak mampu menjalankan Program Organisasi Kemahasiswaan.
- Indikasi adanya penggelapan Anggaran DEMA-I atas bantuan dari luar terhadap kegiatan Festival.
- Indikasi Ketua DEMA IAIN Gorontalo tidak mampu menjaga Marwah Kampus IAIN
Tentu ini fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam dunia percaturan politik mahasiswa, kebebasan menilai dan berekspresi tentu harus terpatri di dalam diri setiap mahasiswa, apalagi melihat konstalasi ormawa yang dianggap sudah tidak stabil dan bahkan mungkin labil dalam menjalankan roda organisasi.
Gep demi gep tercipta, konflik internal,bahkan disparitas antara pimpinan ormawa di tingkatan institut dan fakultas kadang serasa menjadi hal yang lumrah, ketidak Patuan anggota kepada pimpinan organisasi (tidak tertib), bahkan yang lebih parah adalah pimpinan dan anggota tidak paham betul tujuan dan target organisasi tersebut, seakan PBAK adalah tujun akhir dari organisasi ini.
Pertanyaan mendasar dari fenomena ini adalah Mau sampai kapan kita berkutat pada sirkulasi konflik seperti ini?
Kita mungkin lupa bahwa organisasi adalah tempat mengasah diri dan skill, bagaimana kita mengatur dan mengorganisir, serta berinovasi sehingga menjadi Inspirasi untuk mahasiswa tertarik untuk berorganisasi. Bukan malah menjadi tempat saling bunuh membunuh apabila birahi kepentingan individu dan kelompok tidak terakomodir , kosong akan pikiran dan gagasan bagaikan seperti rumah hantu yang telah usang dan tak berpenghuni.
Habis sudah energi kita berkonflik di wilayah yang sebenarnya bukan subtansi dari organisasi. Bole kita berkonflik tapi pada tataran gagasan dan pikiran pikiran untuk kemajuan organisasi.
Ekspektasi:
Seakan akan kita rindu akan organisasi mahasiswa yang punya Peraturan organisasi (PO) yang ideal, yang itu di rumuskan oleh ormawa secara kolektif, sadar dan punya semangat membangun organisasi.
Seakan akan kita merindukan anggota organisasi kemahasiswaan intra kampus yang paham dan sadar akan perannya dalam menjalankan roda organisasi.
Seakan akan juga kita merindukan organisasi mahasiswa yang tidak hanya sibuk kajian isu yang mengatasnamakan rakyat, tetapi duduk bermusyawarah mengidentifikasi persoalan ormawa yang hampir tiap tahunya berulang ulang misalnya pedoman organisasi (PO) Pemilihan Sema i dan dema i yang sampai hari ini ormawa legislatif tidak mampu dan tidak serius untuk merumuskannya.
Seakan akan kita merindukan sosok pemimpin ormawa eksekutif dan legislatif yang saling kritik, saling adu gagasan memikirkan bagaimana masa depan organisasi. Bukan malah menjadi penonton, bisu dan tak tau harus berbuat apa.
Rapat pembentukan panitia PBAK( pengenalan budaya akademik kampus) yang seharusnya penetapan penerimaan mahasiswa baru pada tanggal 22 agustus 2022. Dalam hal ini sudah di sepakati dalam rapat internal. Seakan seakan sia-sia dan tidak mempunyai value (nilai ) yang jelas di ormawa intra kampus IAIN-STA. Olehnya menandakan ketidak konsisten-nya DEMA-I dalam pencapaian kampus peradaban yang di rindukan mahasiswa. Adapun dalih perpanjangan UKT pun terselip sedikit ujub hajatan PBAK nantinya. Nahasnya, PBAK tahun ini akan dikotori panitia yang tidak tau diri, memperkaya diri, yang notabennya sudah tidak bersandang mahasiswa lagi(wisuda).LP -TEAM